AKU DAN DIA




By. Shidiq Nur Thoha

Bediri kokoh menatap zaman, Saksi pergolakan kewibaan yang tak lekang oleh waktu. Lantunan ayat-ayat akqur’an Suara penuntut ilmu yang selalu memecah keheningan malam dan dzikir yang menembus arsy tuhan.
Ya, Pesantren sekumpulan orang-orang suci, Namun apakah hanya sekumpulan orang-orang sucikah yang berada dibalik penjara suci? Ternyata tidak, Banyak kemunafikan disana
“Aku, Ingin menelusuri jejak-jejak mereka
***
Dengkuran nafasya yang tak teratur yang berbeda dengan detik jam yang selaras. Anto seorang santri yang terkenal pintar sedang tertidur lelap dengan dengkuran yang memecah kesunyian orang-orang shalih yang sedang beradu kasih dengan sang kekasih.
“Hah jam berapa ini? Timpal anto kaget,
Aku belum sholat isya lagi
Anto yang langsung tertidur ketika setelah sorogan itu belum sholat isya.
Segera saja “Aku masuk melewati celah hatinya, Ketika “Dia musuh “Aku berkelebat cepat masuk dalam hati Anto. Langsung “Aku pukul Anto dengan keras 
“Ah aw sakit “Jerit Anto
To cepetan sholat sholat isya, Jerit “AKu
“Aku kaget ketika “Dia tiba-tiba berada dibelakangku, Disebelah nurani Anto.
“Lagian udah malam, Lagi enak-enak tidur qodlo aja besok”Bisik “Dia
“Aku memukul “Dia sampai terjadi bergolakan dihati Anto. Sekarang semua terserah pada Anto, Apakah nuranu atau nafsunya yang akan berbicara. Tiba-tiba “Aku keluar terpental kedinding. Dan Anto pun kembali meneruskan dengkuranya meninggalkan kewajiban sholat isya. Sedangkan “Dia keluar dengan girang, Kemanakah “Dia? Oh ternyata lari kemasjid, Ayo buntuti “Dia jangan sampai menghasut orang lagi,
***
Pekatnya jubah malam, Heningnya malam sehingga yang terdengar hanya desahan air, Dan hanya bintang-bintanglah sang penghias jubah malam yang pekat, Seekor burung hantu disebuah pohon menemani gerakan ritmis tasbis seorang pencari cinta sejati. Santri yang sedang merasakan enaknya cinta dengan sang kholiq
“Dia, Menerobos lari terkekeh-kekeh sombong lari dengan angkuh,
“Aku, Membuntutinya sampai diteras masjid
Tiba-tiba cahaya merah berklepat masuk dalam diri santri.
“Aku hanya berdiri santai didepan teras masjid
Kupikir Dia takkan mampu membujuk santri tersebut, Coba kita lihat
***
“Dia masuk dengan susah payah, Berhasil masuk dalam sebuah hati yang kosong, Sangat bersih begitu luas dengan marmer-marmer putih yang sangat indah.
“Hey hey sedang apa Kau? Malam-malam sendirian, Sedangkan semua temanmu tertidur lelap
Berkali kali Dia membisiki santri tersebut lewat samping, Namun berkali-kali juga Dia telah gagal, Merasa telah gagal Dia mencoba membisiki lewat sebelah kanan
“Hey hey apakah yang kau dapat dari ini? Lebih baik tidur, Agar besok tak ngantuk, Santri tersebut masih tenang dengan gerakan ritmis tasbihnya, Kedua kalinya pun gagal
Dia mencoba membisikinya lewat depan, Melalui memory otaknya Dia mencari-cari titik kelemahanya, Hampir saja putus asa. Akhirnya Dia menemukan file tentang catatan kekasihnya dipondok putri Dia bisikan lewat otaknya.
Terasa didalam hatinya terjadi perseteruan antara batin dan nafsunya, Diteras Aku memandangnya dengan penuh cemas, Lalu aku berlari hendak masuk lewat celah hatinya ketika santri tersebut terlihat gelisah dan gerakan tasbihnya terhenti, Namun tiba-tiba “Prak duar, Dia terpelanting kedinding sebelah  kanan masjid ketika dari mulut santri tersebut meluncur sebuah lafal “A’udzubillahiminasyaithonirrajim…
Dia berlari dengan sekeujur tubuh yang lebih sakit dari Aku,
“Awas, Semenjak disini kita akan menjadi musuh, Kita masih imbang satu-satu, “Ucapnya sambil berlari menghilang dalam pekatnya malam. Miris hati Aku ternyata Dia berkeliaran ditempat para penuntut ilmu, Aku harus dapat mengungkap kemunafikan ini dan mengubah semuanya.
***
Lntunan suara merdu yang memecah kesunyian malam, Menembus langit arsy. Mengganggu mimpi-mimpi orang yang sedang berada dalam peraduanya, Membangunkan jiwa-jiwa yang ingin segera bertemu dengan rabbNya, namun apakah yang terjadi Aku menyaksikan jamaah sholat shubuh yang hanya setengah baris, Ada apa dengan pesantren ini? “Aku menelusuri setiap sudut pon-pes, Tiba-tiba perhatianku terpusat ketika Dia sedang menutup telinga para santri dikomplek atas. Aku langsung menuju kantor dan membanting pintu kantor masuk melalui celah hati para pengurus yang masih terlelap tidur.
“Hey hey cepatlah bangun, Lihatlah kamu masih banyak urusan, Cepatlah bangun, Lihatlah para anak buahmu yang masih terlelap tidur.
Namun pengurus yang Aku bisiki serasa telah tertutup telinganya dan mereka merasa telah terlepas kewajibanya sebagai pengurus. Sontak Aku keluar mengejar Dia dan memukulnya , Namun Dia yang sedang memperoleh daya sehingga Aku terpaksa harus lari, “Lari kemana? Pikirku dalam hati. Aku langsung lari menuju masjid, Disana aku menagis akankah harapanku terhadap pondok pesantren pupus? “Ya alloh apakah ini orang-orang yang Kau lebihkan? Para penuntut ilmu itu, Akankah harapanku pupus terhadap penjara suci ini, Doa dan tangisnya yang melewati penjagaan para malaikat langit membuat malaikat terhenyak sejenak dari tugasnya, Tiba-tiba Aku teringat perkataan orang yang paling mulia “Ketika suatu urusan dipegang oleh orang-orang yang tidak amanah, Maka hancurlah urusan tersebut, Lalu Aku berfikir apakah karena pengurus tersebut pesantren menjadi seperti ini? Revolusi pesantren, Aku harus menyadarkan para santri untuk dapat merubah pesantren sekarang ini, Harus.!
Pagi yang indah dengan kicauan burung-burung diiringi dengan para santri yang mengqodlo sholatnya, Untung saja mereka masig=h mau mengqodlonya.
***
Jum’at siang ketika aku sedang menelusuri dan mengamati detail-detail pesantren, Seakan Aku melihat gambaran utuh tentang islllam. Banyak yang sedang muthola’ah, Sholat dluha, Kerja bakti, Mencuci dan lain-lain. Oh pesantren engkau kokoh diluar namun akankah dalammu akan tetap keropos. Seperti sebuah tulang yang kekurangan kalsium, Akankah ada sinar mentari yang akan memmmberimu kalsium. Tanpa disangka seorang santri dengan memakai Hem cokelat, kopiyah hitam dengan sepasang sandal berjalan keluar pesantren, Aku membuntutinya karena Aku kira santri tersebut akan kemasjid untuk I’tikaf
***
Dia yang sedari tadi tidak kelihatan membuat Aku merasa sedikit lega
Apakah karena ini sayyidul ayyam? Entahlah…
Ku buntuti santri tersebut sampai berhernti didepan warnet.Apakah ia akan kewarnet? “Pikir Aku dalam hati
Tanpa piker panjang Aku mencoba masuk lewat celah hatinya, Begitu sempit susah payah Aku berusaha masuk sampai dihatinya yang Aku dapat bukanlah ketenangan, Melainkan sebuah ruangan yang penuh dengan dedaunan kering berserak tanda tak pernah dibersihkan. Namun paling mengejutkan ternyata ada sebuah pohon hitam bercokol didalam hatinya, “Pasti ini pohon yang Dia tanam, “Pikir Aku,
“Hey hey apakah kau sadar bahwa ini adalah melanggar aturan,”Berkali –kali Aku membisikinya namun berkali-kali juga Aku gagal, Lama Aku terus membisikinya Namun dedaunan itu telah menutup pendengaranya. Merasa telah gagal Aku mencoba keluar sulit bagiku untuk keluar, Sakit rasanya lebih sakit lagi hati Aku ketika berada diluar, Banyak santri yang sedang memegang keyboard dan mouse , Selidik punya selidik ternyata sudah semalam inimereka main, “Dia ada atau tidak ternyata semua ini tak berpengaruh, Hati kalian lah yang telah buta generasi apakah ini?”Jerit Aku
“Ingatlah, Kalian adalah generasi sepuluh sampai dua puluh mendatang, Ingatlah, Ingatlah. Seandainya mereka mendengar jerit Aku, Gempar sudah seisi warnet, Aku tak tahan lagi dengan keadaan ini, lalu Aku lari memnerobos pintu yang terbuat dari sebuah kaca yang berukuran tebal, Semuanya terobos terobos….
“Revolusi…Revolusi…Revolusi….!
Dimanakah jiwa pesantren? Dimana….Suara Aku kabur oleh desahan angin yang menderu. Ku haraplangit akan pecah mendengar jeritan Ku dan malaikat gempar. Oh generasi pakah ini? Akankah ini akan menjadi generasi korban globalisasi?.... Revolusi pesantren adalah harga mati.
***
Nafas Aku tersengal-sengal sendi-sendi kaki Aku menegang ketika Aku sampai disebuah mushola kecil dengan keramik berwarna hijau
“Yang, apa kamu tidak takut ketahuahan? Tanya seorang gadis kepada seorang santri dengan tangan menggantung dan membelai lembut.
“nggak papa , Ga usah takut, Demi kamu aku nggak takut sama pengurus, Paling Cuma digundul, “Timpal seorang santri yang masih lengkap menggunakan atribut santrinya.”Ih gombal tau, tepat dihadapan Aku seorang santri sedang bermesraan dengan seorang gadis. Mushola yang seharusnya dijadikan tempat bermesraan para hamba-hamba alloh yang haus akan kasih sayangNya dan ampunanNya, Mereka jadikan seperti tempat dua binatang yang tak tau malu, Apakah sayyidul ayyam ini menjadi kesempatan untuk mereka, Aku merasa percuma untuk dapat menasehatinya. Oh sayyidul ayyam apakah engkau ternodai oleh para orang-orang tersebut.
***
Aku mencoba untuk menyadarkan memersatukan mereka yang masih taat, Termasuk pengurus-pengurus, namun tak semua pengurus dapat Ku bisiki nuraninya, Mereka adalah orang-orang gaek yang menutupi kemunafikanya dengan topeng kepengurusan.”Kang, Gimana ya kang? Sekarang kok pondok kita udah bobrok, Gima ya kang?”Tanya seorang santri kepada pengurus
“Maksud kamu?
“Ya iya kang, Contoh kegiatan nggak pernah jalan, Kata pengurus alon-alon asal kelakon, Namun ternyata itu gagal, Lebih baik kita harus jalan tapi jangan alon-alon, Sedangkan ya kang, Pengurus itu kaya tidak lagi memperhatikan kita, Jawab santri tersebut ketus! “Ya gimana lagi pengurus-pengurus itu seperti orang-orang munafiq, orang-orang yang selalu berada diatas, Namun ingat! Tak semua pengurus berkelakuan seperti itu,
Aku melihat semakin banyak orang mendengungkan dan menginginkan akan adanya revolusi, namun banyak topeng kemunafiqan dibalik revolusi ini. Dial ah provokator topeng kemunafiqan ini, dan menanamnya dengan kuat dihati para santi.
Perubahan, revolusi engkaulah sinar cahaya mentari yang akan memberikan kalsium bagi kami, pesantren.

“ AKU ADALAH SALAH SATU SISI DALAM HIDUP MU YANG AKAN MENUNTUNMU KEJALAN YANG BENAR, NAMUN SEMUA ITU TERGANTUNG AKAN KONDISI HATI KALIAN.”

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "AKU DAN DIA"

Posting Komentar