KESEMPURNAAN ILMU menurut AL GHOZALI
Sebagai seorang Hujjatul Islam, Al Ghozali dikenal memilikI pengetahuan luas dalam bidang keagamaan.Komentarnya yang kritis disertai argumen yang cemerlang membuatnya menjadi seorang tokoh terdepan dalam gerakan pembaharuan abad pertengahan ketika waktu itu, kondisi umat islam sedang berpaling pada fiqh (fiqh-oriented).
Selain itu,kemampuannya dalam menafsirkan hal hal prinsipil dalam konsep konsep dasar yang berada pada tataran epistimologi membuatnya terkenal sebagai Revolusioner abad ke 4 Hijriyah.Salah satu hal yang menarik yang akan kita bahas pada artikel ini tentang hubungan antara ilmu,iman,pengetahuan dan tashdiq yang dikemukakan oleh Al Ghozali dalam Ihya Ulumiddin juz 1.
Tanpa berpanjang kata,kita akan memberikan sedikit gambaran tentang dua istilah arab yang agak berbeda tapi sering di anggap sebagai sebuah istilah yang memiliki kesamaan makna.Yaitu antara Iman dan Tashdiq.Setidaknya dapat kita tangkap perbedaan mendasar antara iman dan tashdiq adalah pada tataran tingkat ketinggiannya,dimana Iman ada pada tataran eskatologis hati yang belum mewujud pada tataran yang lebih tinggi sampai akhirnya Iman tersebut akan mewujud pada tataran yang lebih tingi yang dinamakan Tashdiq,yaitu satu bentuk kepercayaan yang menghantarkan pada Alloh yang mewujud pada gerakan.
Dalam kitab Ihya Ulumiddin, Al ghozali menegaskan bahwasanya tidak ada pertentangan antara ilmu,iman,pengetahuan dan tashdiq.Berbedanya kesimpulan diantara ketiga hal tersebut bukanlah menunjukan akan bertentangannya ketiga hal tersebut.Logika yang disampaiakan oleh Al Ghozali adalah sebagai berikut : awal pengetahuan yang harus dipakai oleh seorang manusia dengan kemapuan akalnya adalah ilmu,dengan ilmu tersebut akan menghantarkan pada Iman,yang mana Iman tersebut akan menghantarkan pada Tashdiq yaitu kepercayaan tertinggi dalam epistimologi Al Ghozali.Pada awalnya seseorang menemukan pengetahuan tentang sesuatu hal,yang mana pengetahuan yang didapatkannya dinamakan Ilmu,ketika ia terus mencari maka akan sampai pada tingkat Iman,sampai akhirnya ia akan mencapai pada tingkat Tashdiq.Inilah yang dinamakan Kesempurnaan Pengetahuan dimana wialyah wilayah akal dan wilayah wilayah ruhani bukanlah suatu pertentangan.Semisal kita melakukan percobaan pada suatu hal,kita mendapatkan suatu kesimpulan,kemudian kita melakukan percobaan lagi kita mendapatkan kesimpulan yang mungkin bisa berbeda.Lah ke-berbeda-an kesimpulan ini bukanlah menunjukan akan adanya pertentangan pada kesimpulannya tapi ini menunjukan akan adanya usaha untuk sempurna karena semakin banyaknya data yang dikumpulkan.
Dari logika diatas dan contoh yang disampaikan Al Ghozali ini sebenarnya sedang menjembatani pertentangan klasik antara orang orang yang berpegang pada hal hal realitas empirik atau dikenal dengan Ahli Dhohir dan orang orang yang mementingkang hal hal ruhani spiritual sehingga mengabaikan hal hal nyata yang bersifat emprik yang dikenal dengan Ahli Bathin.Disinilah Al Ghozali menjembatani,mendobrak sekaligus memberikan penafsiran baru dimana hal hal ruhani dan hal hal ilmiah buknlah suatu hal yang harus di pertentangkan tapi harus bisa mencapai pada Kesempurnaan Ilmu.
Sebagaiman hadi yang sering sekali dikutip oleh Al Ghozali yang artinya : Barangsiapa bertambah ilmunya tetapi tidak bertambah ta
kutnya pada Alloh,maka seseungguhnya tidaklah bertambah padanya apa apa kecuali bertambah jauhlah ia dari Alloh.***
Demikianlah.Mohon koreksi serta komentarnya....
0 Response to "KESEMPURNAAN ILMU menurut AL GHOZALI"
Posting Komentar