Santri dan Dunia Kerja
Oleh: KH Chasbulloh Badawi BA
Pengasuh Ponpes Al Ihya Ulumaddin Kesugihan,Cilacap
Pesantern selalu menarik untuk di kaji maupun di bincangkan.Ditengah derasnya arus globalisasi dan budaya hedonis masyarakat,pesantren telah terbukti layak menjadi salah satu alternatif pendidikan masyarakat.Sejarah menunjukan bahwa pesantren dengan pola pendidikan dan pengajarannya(tarbiyyah watta'lim) berkembang dengan memperhatikan nilai nilai kreatif masyarakat dimana pesantren itu didirikan(local wisdom),sehingga alumni pesantren semestinya peka terhadap persoalan persoalan kemasyarakatan. Kepekaan pesantren dalam persoalan kemasyarakatan membuat pesantren menjadi elastis(luwes).
Tetapi sebaik baiknya gading selalu ada bagian yang retak.Sebuah peribahasa yang relatif tepat untuk menggambarkan pesantren.Artinya meski pesantren sering di sebut sebut sebagai lembaga pendidikan yang memiliki banyak kelebihan,akan tetapi banyak kritik kritik dari yang konstruktif maupun yang kontraproduktif dialamtkan kepada pesantren,misalnya bahwa pola pendidikan pesantren yang terlalu doktriner,dan cenderung mematikan kreatifitas santri.Menjawab kritik konstektual di waktu lain.Misalnya IAIIN,pada awal didirikannya adalah sebuah lembaga yang memiliki cita cita luhur untuk menciptakan sarjana muslim yang memahami agama secara konstektual,tetapi realitasnya adalah bahwa orientasi konstektual itu tidak di barengi secara tekstual,ini pengajian sorogan dan bandungan sebagai bukti konkrit. Di pesantren seorang kyai hanya mengajarkan (memaknai) apa yang tertuang dalam kitab apa adanya tanpa mencoba memberikan pendapat pribadinya didalamnya.
Santri hanya diajar berbagai cara memahami kitab dan santri sendirinyalah yang nantinya memahami substansi dari kitab tersebut sesuai dengan pemahamannya sendiri.Akan tetapi,sistem semacam ini dianggap kurang mendidik,karena santri hanya menyerap apa adanya yang terserap dalam kitab tanpa ada upya mengkonstektualkan dengan situasi kekinian.jika sistem pengajaran kitab dibuat yang sifatnya relatif dan kontomporer,maka yang akan terjadi adalah pendangkalan agama.Konstektual pada saat diajarkan,mungkin akan menjadi atau tidak.
Terkait bahwa output pendidikan selalu dikaitkan dengan pasar,pesantren sering dikritik sebagai lembaga yang memiliki konstribusi besar terhadap rendahnya kemampuan kerja dan daya adptasi individu dalam dunia kerja.meskipun hal ini masih diperdebatkan(debatable),akan tetapi sungguh satu hal yang menarik sekaligus memprihatinkan apabila sesuatu pendidikan harus dikaitkan dengan pekerjaan tertentu.
Tuntutan masyarakat tersebut sedikit banyak membawa pengaruh besar terhadap pesantren,sehingga kemudian muncul "tawaran" model pesantren : diantaranya salaf;semi salaf dan modern.Akan tetapi kemudian,perkembangan pesantren pada model model di atas membawa masalah baru dalam pendidikan pesantren. tradisi ta,ammuq ilmu agam perlahan tapi pasti menghilang seiring dengan tuntutan lebih masyarakt tehadap alumni pesantren.Kondisi ini yang kemudian menjadi alsan pemerintah akan mengambil kebijakan untuk standarisasi pesantren.apakah ini efektif? Atau kemudian menjadi kontrapoduktif?.
Bukannya mengambil esantrin yang memiliki kualifikasi bagus,yang akan terjadi justru pengekangan terhadap otonomi pesantren dan keterjebakan pada simbol simbol formal.
Mencermati fenomena tersebut ,lalu bagaimana seharusnya model pesantren yang "ideal"?(pesantren yang mampu menjembatani pesantren masyarakat -mampu bekerja-dan tetap berorientasi tetap taammuq ilmu ilmu agama).
Bagi penulis pilihan pesantren apapun tidaklah masalah asalkan pilihan yang di ambil lebih berorientasi keilmuan.Pokok pendidikan pesantren adalah kajian kajian agamadan pendidikan formal sebagai empernya.Bangunan pesantren semacam ini diperkuat oleh ketauladanan seorang kyai.Sebuah ilustrasi sederhana misalnya:seorang kyai yang mengajarkan teks teks agama sebagai dasar dasar ilmu yang nantinya akan di konstektualisasikan oleh santri secara mandiri.Sebuah proses yang nampaknya sederhana akan tetapi memiliki nilai pembelajaran yang sangat tinggi bagi pembentukan karakter santri secara mandiri .Dengan sistem tersebut selama ini pesantren telah berhasil menciptakan santri untuk menjadi sosok pribadi mandiri secara agamis yang mampu mengaktuaisasikan konsep konsep islami dalam berbagai bidang kehidupan baik sebagai individu maupun konyeks sosial kemasyarakatan.
Akhirnya kemandirian yang di peroleh dari pesantren akan menciptakan pribadi pribadi yang tidak hanya siap pakai memenuhi tuntutan dunia kerja akan tetapi lebih dari itu,alumni pesantren diharapkan mampu memberikan manfaat lebih besar bagi masyarakat(menciptakan lapangan kerja baru)
Akhirnya kemandirian yang di peroleh dari pesantren akan menciptakan pribadi pribadi yang tidak hanya siap pakai memenuhi tuntutan dunia kerja akan tetapi lebih dari itu,alumni pesantren diharapkan mampu memberikan manfaat lebih besar bagi masyarakat(menciptakan lapangan kerja baru)
0 Response to "Santri dan Dunia Kerja"
Posting Komentar